Tan Malaka adalah pahlawan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.
Tan Malaka bernama Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, pada tahun 1912 Tan Malaka melanjutkan pendidikan nya di Negeri Belanda. Selama di Negeri belanda inilah Tan Malaka merasakan indahnya pendidikan yang hanya khayalan belaka di tanah air nya.Setelah menyelesaikan pendidikan nya di negeri belanda, Tan Malaka kembali ke Indonesia pada tahun 1919 dan bekerja sebagai guru untuk anak – anak pejabat dalam lingkungan perkebunan di Deli. Di sinilah Tan Malaka melihat jurang pemisah dan ketimpangan yang luar biasa antara buruh pekerja dan para tuan tanah.
Pada tahun 1921 Tan Malaka pergi ke Semarang, disana dia bertemu dengan Semaun (Tokoh Serikat Islam Semarang, namun dalam perkembangan nya SI Semarang lebih dikenal dengan SI Merah karena anggotanya lebih banyak golongan Marxis) di sinilah Tan Malaka mulai terjun ke dunia politik dan tergabung dalam Partai Komunis Indonesia (Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai)
Tan Malaka mulai merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI Merah (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
Di Semarang Tan Malaka juga mulai membangun sekolah – sekolah diruang rapat Serikat Islam (SI) Semarang, tujuan dari pembentukan sekolah – sekolah tersebut adalah memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin.
Tan Malaka tidaklah hanya aktif sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Karena tindakan nya yang dinilai oleh pihak Pemerintah Hindia Belanda bisa menggangu stabilitas pemerintahan maka pada tanggal 22 Januari 1921 Tan Malaka di Tangkap dan dibuang ke Kupang, namun pada bulan maret 1922 Tan Malaka di berikan Hukuman Pembuangan, keluar wilayah Hindia Belanda.
Pada tahun 1926 Tan Malaka memisahkan diri dari partai Komunis Indonesia (PKI) karena tidak sepaham mengenai rencana pemberontakan (Keputusan Prambanan) yang di cetuskan oleh Musso – Alimin- Sarjono (Musso dan Alimin baru kembali dari Uni Sovyet), karena dia berpendapat bahwa Indonesia harus lebih dahulu mempersiapkan diri dengan pendidikan dan Massa yang akan melakukan pemberontakan dianggap nya belum siap dengan pemberontakan itu sendiri.
Tan Malaka juga sudah tidak lagi melaksanakan program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia (Tan Malaka adalah pimpinan Komintern daerah ASIA). Sehingga saat itu dia telah berseberangan dengan Stalin, dan dianggap simpatisan Trosky oleh Stalin.
Akhir nya pemberontakan hasil Keputusan Prambanan itu gagal, para tokoh nya banyak yang ditangkap dan dibunuh dan di buang ke Boven Digoel (Irian Jaya). Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.
Tan Malaka pada saat itu berada di Bangkok bersama teman – teman nya (Soebakat dan Djamaluddin Tamim) kemudian membuat suatu Organisasi Rahasia yang di beri nama Partai Republik Indonesia (PARI) pada Juni 1927.
Tan Malaka Juga menerbitkan buku pada tahun 1925 yang berjudul “naar de republiek indonesische” yang kemudian menjadi insiprasi Bung Karno dan Bung Hatta dalam menulis pembelaan masing – masing saat diadili oleh pihak Pemerintah Hindia Belanda.
Dia kembali ke Indonesia beberapa hari sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dan kemudian bersama Jendral Besar Soedirman mendirikan Persatuan Perjuangan dan berhasil merangkul semua organisasi politik, massa dan lascar – lascar pejuang untuk mencapai satu tujuan yang bulat. Dan Persatuan Perjuangan mempunyai tujuan Merdeka 100%.
Persatuan Perjuangan tidak bertahan lama, pada Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Persatuan Perjuangan akhirnya mati dengan perlahan. Inilah masa penangkapan terlama Tan Malaka (dia juga pernah ditangkap di Hongkong dan Filipina tapi tidak selama ini), dan ironis nya adalah Tan Malaka ditangkap di Negeri yang secara tidak langsung dia ikut membidani kelahiran nya.
Pada tahun 1948 Tan Malaka Dibebaskan banyak spekulasi mengenai pembebasan nya, salah satu nya Tan Malaka dibebaskan untuk meredam atau menyaingi pengaruh dari Musso Dan Amir Syarifuddin yang saat itu memimpin PKI.
Pada 7 November 1948 Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, namun dia tidak menjadi ketuanya. Saat Agresi militer Belanda II Tan Malaka ikut dalam perang gerilya di Phetok Kediri Jawa Timur, namun tragis nya pada bulan Februari tahun 1949 Tan Malaka hilang secar misterius.
Namun akhirnya peristiwa hilangnya Tan Malaka terkuak juga, peneliti Belanda bernama Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya. Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari1949.
Tan Malaka adalah pahlawan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.
Namun sungguh disayangkan tak banyak yang mengetahui sosok dari Tan Malaka, karena nama nya sepertinya Tabu untuk di ucapkan dan Haram diajarkan di kurikulum sejarah bangsa.
(dirangkum dari berbagai sumber)
0 comments:
Post a Comment